Langsung ke konten utama

DARI POPDA MINIBRIDGE SD KECAMATAN KEBUMEN 2013


Bagian I. Penyelenggaraan dan Hasil Pertandingan

POPDA (Pekan Olahraga Pelajar Daerah) adalah salah satu kegiatan ukur prestasi bagi para atlet yang berstatus pelajar. Seperti tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2013 ini, cabang olahraga bridge juga dipertandingkan di tingkat SD (minibridge) di SDN 7 Kebumen yang beralamat Jl. Sawo dan jaraknya kurang dari 100 meter dari Kantor UPT Disdikpora Kecamatan serta hanya sekitar 200 meter dari Sekretariat Pengkab GABSI Kebumen. Karena itu, setelah mendapat kabar dari guru olahraga SD Kebumen 7, Ibu Ani, saya yang diminta membekali secara instan (waktu efektif latihan hanya 1 hari dan menangani 12 siswa sekaligus) menyempatkan diri menengok kegiatan tersebut dan memberi dorongan agar apapun hasilnya nanti, para atlet minibridge SDN 7 Kebumen yang rata-rata masih duduk di Kelas III dan IV tidak berkecil hati. Yang penting tetap maju dan tidak boleh menyerah sebelum pertandingan berakhir. Alhamdulillah, dalam segala keterbatasan saya, atlet maupun para guru pembimbing, mereka mampu menyelesaikan pertandingan yang hasilnya dapat kita lihat bersama di tabel Hasil Pertandingan Babak Penyisihan maupun Final.  

POPDA MINIBRIDGE SD KEC. KEBUMEN 2013
DAFTAR PESERTA

No.
No.
Undi
Nama
Sekolah
Tempat & Tgl Lahir
Kelas
1
10
Vegar Surya Pratama
SDN Kutosari 7

-
2
10
Nabila Putri Azizah
SDN Kutosari 7

-
3
11
Juna Fatimatus Azis
SDN Kutosari 7

-
4
11
Irham Prayoga
SDN Kutosari 7

-
5
12
Lukman S.
SDN Selang I

-
6
12
Epa Pitasari
SDN Selang I

-
7
9
Juniar Nur Sanjaya
SDN Selang I

4
8
9
Nila Sinta Rani
SDN Selang I

4
9
15
 Angga
SDN Wonosari I

5
10
15
Dewi Sekar Ayu Utami
SDN Wonosari I

5
11
3
Anggit
SDN Wonosari I

5
12
3
Diaz Yudho Miranti
SDN Wonosari I

5
13
5
Riyan Maesa Putra
SDN Karangsari I

4
14
5
Agita Kurniasari
SDN Karangsari I

4
15
4
Bagas Dwi Kurniawan
SDN Karangsari I

4
16
4
Ayu Steven Tania
SDN Karangsari I

4
17
6
Niza Asyifa
SDN Kutosari IV

-
18
6
Miftachusurudin
SDN Kutosari IV

-
19
7
Discha Vanesia
SDN Kutosari IV

2
20
7
Asro Wahyu Ridho
SDN Kutosari IV

2
21
14
Arum Rahmatia
SDN Kebumen VII

3
22
14
Sandi Prabowo
SDN Kebumen VII

4
23
08
Dea Malika Zaen
SDN Kebumen VII

4
24
08
Pandu Razali Ilyasa
SDN Kebumen VII

4
25
13
Qurim Tanti Wahyu
SDN Kebumen VII

4
26
13
Damar Pamungkas
SDN Kebumen VII

4
27
01
Tania Fifi Cahya
SDN Kebumen VII

3
28
01
Bagus Riski Ananto
SDN Kebumen VII

3
29
02
Fanesa Dwi Aprila
SDN Kebumen VII

3
30
02
Nurhamid
SDN Kebumen VII

3


Bagi saya yang tengah mencoba pengembangan program Bridge Masuk Sekolah dari unsur non kependidikan, kesempatan ini adalah tantangan dan sekaligus peluang untuk mewujudkan bridge sebagai jembatan mencerdaskan kehidupan bangsa. Ada dua tantangan utama yang akan dihadapi yakni membekali siswa yang selama ini asing dengan olahraga bridge menjadi tahu dan kelak akan mampu membawa nama diri, sekolah, orangtua, daerah dan tentu orang-orang yang selama ini berkecimpung dalam olahraga otak ini. Secara kebetulan, siswa/i yang dikirim sekolahnya untuk belajar bridge ada di kelas III dan IV, dengan rentang usia 9 – 10 tahun. Kebetulan berikutnya adalah semangat ibu guru olahraga yang ingin memanfaatkan kesempatan selaku tuan rumah penyelenggaraan POPDA Minibridge di tingkat kecamatan untuk memajukan nama sekolah melalui kegiatan olahraga prestasi yang terukur dan obyektif (fair play). Masih ada keberuntungan lain yakni dukungan guru kelas dan ulama muda yang berpikiran maju, Gus Fauzan  selaku guru kelas III. Dari beliau, saya mendapat satu pandangan yang sangat cemerlang. Bahwa bridge, seperti catur, adalah (olahraga) permainan  yang bermanfaat. Jadi sangat sesuai untuk diterapkan bagi anak-anak usia sekolah sebagai bekal tambahan meningkatkan kecerdasan intelektual (IQ),  kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan sosial (SQ).


Tantangan lain adalah masalah teknikal permainan bridge. Dalam pengamatan saya selama dua hari mendampingi Panitia Pelaksana, rata-rata pemain minibridge yang berlaga di arena POPDA Kecamatan Kebumen berbekal teknis sangat minimal (kecuali bagi beberapa pasangan yang pernah mengikuti kegiatan sama di tahun lalu). Teknik dasar yang menjadi bekal para atlet minibridge ini masih sangat dasar dan awam. Yaitu cara menghitung nilai kartu (High Card Point/ HCP) dan menjumlahkannya untuk menentukan kontrak sebagai kategori permainan tingkat game atau no game. Sementara itu, kebanyakan dari mereka masih kesulitan mengambil keputusan bermain game dengan atau tanpa warna pemukul ( suit preference/ trump suit ). Kesulitan lain adalah menentukan kontrak warna pemukul yang major (Spade  atau Heart  ) atau minor  (Diamond  atau Club). Jika diurai lebih rinci, banyak hal yang harus diberikan sebelum para atlet minibridge diterjunkan ke arena pertandingan resmi. Perlu diingatkan bahwa bridge bukan sekadar bermain dengan kartu. Ada banyak aturan, etika dan keserasian gerak pikir maupun rasa dari pasangan yang memainkannya. Karena bridge merupakan perpaduan antara ilmu pengetahuan (ada dasar teoritis) dan naluri kemanusiaan.

Hasil Babak Final 12 Papan


No.
Nama
Pasangan
Asal
Sekolah
Total
Nilai

Peringkat
1
Dwi dan Angga
SDN Wonosari I
1.070
3
2
Nila dan Juniar
SDN Selang I
2.160
1
3
Discha dan Asro
SDN Kutosari IV
1.300
2
4
Anggit dan Dias
SDN Wonosari I
560
4






Bagaimanapun hasil yang dicapai oleh para atlet, Pembina dan panitia penyelenggara POPDA minibridge, selaku Pengurus di cabang olahraga ini, kami sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan tinggi atas penyelenggaraan kegiatan POPDA minibridge. Segala kekurangan di atas adalah masukan penting dalam menyusun kembali pola pelaksanaan Program Bridge Masuk sekolah yang kini telah diwujudkan media interaktifnya melalui Liga Bridge dan Minibridge Pelajar se Jawa Tengah. Komunitas Minibridge “Kartini” dari Kecamatan Klirong telah dan masih melaksanakannya. Disebut Komunitas karena tidak ada batas wilayah yang tetap. Boleh satu atau beberapa kecamatan. Atau dalam skala yang lebih sempit, gugus sekolah-pun dapat menjadi satu komunitas yang diakui keberadaannya. Mengenai rincian teknis pelaksanaan liga ini, silakan buka tulisan yang berjudul “ Liga Bridge dan Minibridge Pelajar Se Jawa Tengah” di situs ini.

Pose para juara
Juara I: Juniar dan Nilai siswa/i Kelas IV 
SDN Selang I
Juara II: Discha dan Asro siswa/i Kelas II
SDN Kutosari IV
Juara III: Dwi dan Angga siswa/i Kelas V
SDN Wonosari 1

Selamat kepada para Juara !
Maju terus dan terus maju !



Bagian II : Cerita di Balik Peristiwa.


Komentar

  1. keren banget , semoga semakin maju saja
    terimakasih infonya ...
    sangat bermanfaat sekali

    TemplatesUs

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sistem Penawaran Presisi

Sistem Penawaran Presisi ( Precision Bidding System ) atau sering disingkat Prec adalah sistem penawaran yang memiliki penggemar sangat banyak di Indonesia. Bahkan, dalam salah satu artikel Bert Toar Polii ditulis: Indonesia adalah Presisi ! Popularitas sistem ini terutama karena opening bid (pembukaan) 1C yang berarti punya pegangan kartu berjumlah 16HCP atau lebih. Cukup sampai disinikah sistem presisi berlaku ? Ternyata tidak. Karena itu, agar mendapatkan gambaran yang cukup lengkap tentang sistem yang berbasis distribusi ini, saya mengadopsi dari Sistem Presisi AMOX COMMUNITY yang rasanya cukup mewakili sistem presisi baku di bawah ini. 1) Penawaran Tingkat 1: OPENER RESPONDER POINTS 1 D SEGALA DISTRIB 0 – 7 1 C 1 H / S MIN 5 LEMBAR 8 – 15 16 UP 1 NT BALANCE 8 – 10 2 C / D MIN 5 LEMBAR 8 – 15 SEGALA DISTR. 2 H / S MIN 6 LEMBA

Bridge Itu Olahraga Otak Yang Asyik Lho - Pengenalan

Bridge itu jembatan. Yang dijembatani adalah informasi kartu dari pasangan dua orang yang sifat dan kemampuan berpikirnya berbeda.  Bentang informasi kartu sebanyak jumlah lembar, warna dan nilai kartu bridge. Nama aslinya Contract Bridge atau bisa juga disebut Bridge saja. Bridge termasuk olahraga otak seperti catur. Bedanya, catur dimainkan individual. Bridge harus dilakukan berpasangan. Memadukan dua orang yang secara alamiah tentu berbeda karakter (sifat atau kepribadian), selera serta kapasitas berpikirnya. Permainan Bridge menggunakan alat bantu utama berupa satu set kartu yang popular disebut kartu remi tanpa joker . Ada 52 lembar yang terbagi dalam 4 warna . Dimulai dari warna terlemah , Club (C)   atau keriting , kemudian Diamond (D) atau wajik , Heart (H) atau hati  dan w arna terkuat adalah Spade (S) atau daun . Kita akan tahu kalau setiap warna kartu bridge itu berjumlah 13 lembar (52 ÷ 4). Bridge berkembang jadi permainan yang mend

Pandangan Islam Tentang dan Manfaat Olahraga Bridge

Bridge atau Contract Bridge memakai kartu sebagai sarana utama permainan yang kini semakin mendunia dan menyebar di semua usia maupun strata sosial.  Sementara itu, ada beberapa atau kebanyakan permainan yang menggunakan jenis kartu yang sama cenderung membawa kesan negatif sebagai alat untuk berjudi.  Pada dasarnya, judi adalah perbuatan yang dilarang oleh hukum negara Indonesia dan agama (khususnya Islam). Dalam ranah hukum negara, judi atau perjuadian adalah suatu bentuk kriminalitas yang bersumber dari dua hal: niat dan kesempatan. Artinya, permainan kartu jenis apapun jika diawali dengan niat untuk berjudi, maka hal itu termasuk tindak kriminalitas dan hukumnya haram. Apalagi jika ada kesempatan atau peluang untuk melakukannya. Karena berjudi dapat dilakukan dengan sarana apapun, bukan hanya dengan media kartu. Permainan bridge adalah satu cabang olahraga otak seperti halnya catur (schaack/chess). Sportivitas (jujur dan saling menghargai) adalah asas utama. Bridge mem