BRIDGE sebagai
stimulator otak kanan
Orang
yang dominan otak kirinya, pandai melakukan analisa dan proses pemikiran logis,
namun kurang pandai dalam hubungan sosial. Mereka juga cenderung memiliki
telinga kanan lebih tajam, kaki dan tangan kanannya juga lebih tajam daripada
tangan dan kaki kirinya. Sedangkan orang yang dominan otak kanannya bisa jadi
adalah orang yang pandai bergaul, namun mengalami kesulitan dalam belajar
hal-hal yang teknis.
Karakteristik yang terkait dengan otak kanan adalah intuitif, acak, subjektif, holistik (secara menyeluruh) dan sintesis. Dengan karakteristik ini, orang yang dominan dengan otak kanan cenderung lebih kreatif ketimbang orang yang dominan otak kiri. Kenyataan bahwa orang dengan dominansi otak kanan lebih cenderung menyukai aspek visual, sehingga orang-orang tersebut jarang menanggapi masalah secara rinci. Individu dengan dominansi otak kanan cenderung lebih kreatif dan intuitif, baik di bidang seni yang kreatif, maupun di bidang-bidang lainnya. Individu tersebut memiliki waktu yang tepat untuk memprioritaskan hal-hal yang sulit, karena sebagian besar keputusan yang dibuat pada saat terakhir.
Bridge atau lebih tepatnya contract bridge adalah olahraga otak yang sarat dengan aplikasi pengembangan otak manusia. Hal-hal yang logis dan visual memang cenderung dominan. Logika ada di bagian otak kiri, sementara visualisasi ada di otak kanan. Kondisi visual yang mengandung intuisi, acak, subyektif, holistik dan sintesis kadangkala tak bisa diterima logika alias bertentangan. Intuisi misalnya, terasah dari pengalaman hidup. Seorang pemain bridge yang berpengalaman luas akan mengetahui arah permainan teman maupun lawan dari pola visual yang terekam dalam proses penawaran.
Ketika menghadapi distribusi ekstrem, ada lebih dari dua orang memegang
jumlah lembar warna tertentu sangat panjang (lebih dari 7 lembar), pemain yang
berpengalaman luas akan melakukan cara yang tak lazim pada opening lead agar terhindar dari kemungkinan “dijepit” atau kena squeeze. Jika gagal pada kesempatan
pertama, kemungkinan akan diulangi pada kesempatan berikutnya cukup terbuka.
Sehingga, pemain yang dijepit akan berbuat seperti kerbau dicucuk hidungnya. Mengikuti kemauan “sang pawang” yaitu pemain yang melakukan teknik squeezing.
Kecerdasan emosional seorang pemain bridge sangat penting untuk selalu
dipelihara. Pada kasus tertentu, perang urat syaraf terjadi dalam competitive bidding. Saling berebut
posisi untuk memenangkan kontrak. Pasangan yang kurang berpengalaman biasanya
terjebak dalam situasi ini dengan membuat keputusan yang merugikan pasangannya
karena melakukan tawaran yang terlalu tinggi (over bidding ) dan gagal memenuhi kontrak. Akhirnya terkena denda
yang nilainya bisa maksimal. Atau
sebaliknya dengan under bidding,
membuat kontrak di bawah normal dan memberikan nilai secara gratis kepada
lawan.
Komentar
Posting Komentar